Review Film Saving Mr. Banks (2013)
AKBAR.web.id - Apa Kamu pernah dengar tentang tokoh fiksi yang ikonik, Mary Poppins? Jika iya, Kamu mungkin sudah pernah membaca bukunya atau setidaknya menonton filmnya. Kalau belum, nggak masalah, karena kali ini kita akan membahas film lain yang berkaitan dengan Mary Poppins, yaitu Saving Mr. Banks (2013).
Film ini nggak hanya mengungkap bagaimana Walt Disney akhirnya bisa mengadaptasi cerita Mary Poppins ke layar lebar, tapi juga menceritakan perjuangan kerasnya untuk meyakinkan P.L. Travers, sang penulis Mary Poppins.
Saya sendiri jujur belum pernah membaca buku Mary Poppins. Sempat melihat bukunya beberapa kali, tapi nggak sempat untuk membacanya. Saya lebih mengenal Mary Poppins dari film buatan Disney yang dirilis pada tahun 1964.
Film itu jadi salah satu klasik Disney yang masih diingat hingga sekarang. Bukan hanya karena ceritanya yang ajaib, tapi juga karena berhasil membawa Julie Andrews meraih penghargaan Best Actress in Leading Role di Academy Awards tahun 1965.
Nah, kembali ke Saving Mr. Banks (2013), setelah menonton film ini dua kali, Saya mulai benar-benar paham pesan yang ingin disampaikan. Ada sesuatu yang bikin merinding ketika membayangkan perjuangan Walt Disney, layaknya sebuah film tentang kemenangan besar. Film ini berkisah tentang apa yang terjadi di balik layar proses pembuatan film Mary Poppins.
Semua dimulai dari janji Walt Disney kepada putrinya, Diane, yang memintanya membuat film Mary Poppins. Janji ini, walaupun nggak diceritakan di film, menjadi penggerak utama selama bertahun-tahun ketika Disney terus mencoba menghubungi P.L. Travers. Namun, semua usahanya selalu ditolak mentah-mentah oleh Travers selama hampir 20 tahun.
Setelah Disney akhirnya berhasil membuat Mary Poppins, dia menepati janjinya kepada putrinya yang sudah dewasa saat itu. Film Mary Poppins menjadi salah satu film besar terakhir yang digarap oleh Walt Disney sendiri sebelum meninggal pada tahun 1966. Dan menariknya, kisah ini membawa kita kepada perjuangan Walt Disney dalam melunakkan hati P.L. Travers.
Dalam Saving Mr. Banks (2013), Emma Thompson memainkan karakter P.L. Travers dengan sangat baik. Travers digambarkan sebagai sosok yang sangat keras kepala, sulit diajak bekerja sama, dan bisa dibilang antagonis dalam cerita ini.
Travers akhirnya setuju untuk bekerja sama dengan Walt Disney setelah berbagai masalah keuangan membuatnya terpaksa mempertimbangkan tawaran Disney.
Perjalanan Travers ke Los Angeles digambarkan cukup unik dalam film ini. Dia dijemput dengan segala kemewahan, mulai dari tiket first class, hotel mewah di Beverly Hills, hingga supir pribadi bernama Ralph.
Tapi, walau sambutannya sangat hangat, Travers tetap menunjukkan sikap skeptis dan keras kepala, selalu ingin segalanya berbeda. Konflik pun muncul saat Travers mulai bekerja dengan tim Disney, termasuk penulis naskah Don DaGradi dan Sherman Brothers yang menggarap musik.
Tom Hanks yang memerankan Walt Disney juga tampil apik. Saya merasa, Hanks cukup berhasil menghadirkan sosok Disney yang penuh kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi Travers.
Di film ini, terlihat bagaimana Disney juga mengalami pergulatan batin, mencoba mencari cara untuk menaklukkan Travers yang terkesan mustahil diajak kompromi. Dari sudut pandang Saya, sepertinya kalau bukan karena janji kepada putrinya, Walt Disney mungkin tidak akan setabah ini.
Penonton yang menyaksikan Saving Mr. Banks (2013) akan diajak menjelajahi dua dunia: Los Angeles di tahun 60-an, lengkap dengan Disneyland yang pertama kali muncul, dan masa lalu P.L. Travers di Inggris. Kita akan mengenal Travers kecil, yang saat itu bernama Helen Goff, diperankan oleh Annie Rose Buckley.
Ayahnya, Travers Goff (diperankan oleh Colin Farrell), adalah seorang bankir yang gagal dan peminum berat. Namun, ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Helen dan selalu berusaha menghidupkan imajinasi putrinya.
Konflik emosional Travers dengan masa lalunya menjadi salah satu aspek penting dalam Saving Mr. Banks (2013). Pergulatan batinnya terhadap sosok ayahnya tercermin dalam karakter Mr. Banks di cerita Mary Poppins.
Travers merasa bahwa melalui karakter tersebut, dia bisa menyelamatkan citra ayahnya yang dulu gagal dan penuh kekurangan. Pada akhirnya, film ini bukan hanya tentang Walt Disney dan perjuangannya, tapi juga tentang perjalanan Travers dalam berdamai dengan masa lalunya.
Yang membuat Saya terkesan adalah ketika Travers berkata, "Mary Poppins is part of my family." Itu benar, karena sosok Mary Poppins sebenarnya terinspirasi dari bibi Travers, Aunt Ellie. Disney berhasil menembus pertahanan emosional Travers ketika ia menyadari bahwa Mary Poppins datang bukan untuk menyelamatkan anak-anak Mr. Banks, tapi Mr. Banks itu sendiri yang secara simbolis merupakan ayah Travers.
Menyaksikan Saving Mr. Banks (2013) bagaikan reuni kecil bagi penggemar film Mary Poppins. Lagu-lagu seperti "Chim Chim Cher-ee," "Let's Go Fly a Kite," dan "Supercalifragilisticexpialidocious" membawa kembali kenangan masa lalu.
Selain itu, musik yang digarap oleh Thomas Newman juga menambah keindahan emosi film ini. Musiknya mengingatkan Saya pada gaya musik film-film drama klasik tahun 90-an.
Film ini disutradarai oleh John Lee Hancock, yang sukses menghadirkan alur cerita maju-mundur dengan rapi. Salah satu momen terbaik adalah ketika kita dibawa ke dunia nyata lewat beberapa memorabilia, termasuk foto-foto premiere Mary Poppins tahun 1964 dan rekaman asli diskusi Travers dengan tim Disney.
Dari sisi akting, tentu Emma Thompson dan Tom Hanks adalah bintang utama. Thompson dengan perannya yang penuh emosi dan Hanks dengan penampilan khasnya yang hangat sebagai Walt Disney.
Pemeran pendukung seperti Paul Giamatti, Jason Schwartzman, dan Colin Farrell juga tampil dengan baik, menambah kedalaman cerita.
Menurut Saya, Saving Mr. Banks (2013) adalah film yang layak Kamu tonton, terutama jika Kamu penggemar Mary Poppins. Film ini nggak hanya mengungkap cerita di balik pembuatan Mary Poppins, tapi juga memperlihatkan bagaimana hubungan manusia dengan masa lalu mereka bisa mempengaruhi hidup mereka di masa kini.